Rabu, 23 November 2016

MAKALAH ACTUATING DAN MOTIVASI


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Penggerakan atau istilah pembimbingan menurut The Liang Gie (1993) merupakan aktivitas seorang manajer dalam memerintah, menugaskan, menjuruskan, mengarahkan dan menuntun pengawai atau personel organisasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan atau mencapai tujuan yang telah ditentukan.[1] Seorang manajer biasanya melakukan kegiatan untuk menggerakkan (actuating) mencakup kegiatan yang ditetapkan dalam perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan tercapai.[2]
Dalam konteks organisasi sekolah, penggerakan artinya kepala sekolah memberi petunjuk-petunjuk kepada guru dan personil lainnya untuk menjalankan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan dilaporkan.
Kegiatan menggerakkan (actuating) dan motivasi dalam pengorganisasian sekolah sangat diperlukan agar terjadi keterpaduan dalam pelaksanaan setiap tugas-tugas di sekolah, sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah dapat terwujud dan terlaksana dengan baik, karena itu untuk mengetahui hal ini maka makalah ini akan membahas secara singkat mengenai actuating (menggerakkan) dan memotivasi dalam kaitannya dengan tugas dan kewajiban kepala sekolah, guru dan personil yang berada di lingkungan belajar sekolah.




B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Apa pengertian actuating dan motivasi bagi manajemen pendidikan?
2.    Bagaimana proses actuating dalam manajemen pendidikan?
3.    Bagaimana teori motivasi dalam manajemen pendidikan?
4.    Bagaimana komunikasi dalam organisasi?

C.   Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui pengertian actuating dan motivasi.
2.    Untuk mengetahui proses actuating dalam manajemen pendidikan.
3.    Untuk mengetahui teori motivasi dalam manajemen pendidikan.
4.    Untuk mengetahui komunikasi dalam organisasi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Actuating dan Motivasi
a.    Pengertian Actuating
Actuating adalah berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris yang jika dibahasa Indonesiakan artinya memberi dorongan atau menggerakkan yang sangat berperan dalam melakukan kegiatan awal dan untuk kegiatan lanjutan bagi seorang pemimpin di dalam suatu organisasi. Menggerakkan yang dimaksudkan merupakan usaha untuk menggerakkan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi.[3]
Dalam konteks organisasi sekolah, penggerakkan berarti kepala sekolah memberi petunjuk-petunjuk kepada guru dan personil sekolah lainnya bagaimana cara dan tugas yang harus dilaksanakan dan dilaporkan dan adanya bimbingan dan pengontrolan dalam rangka perbaikan kinerja guru dan personil sekolah sesuai standar mutu kerja yang disyaratkan dan arahan secara jelas oleh kepala sekolah.
Kepala sekolah dalam hal ini diharapkan dapat memberi arahan yang jelas dalam melaksanakan instruksi-instruksi tugas bagi guru-guru dan personil sekolah lainnya, dalam hal ini keefektifan kepemimpinan menunjukkan pencapaian tugas pada kemajuan pengorganisasian mutu sekolah. Penggerakkan cenderung didasarkan pada unsur esensial dalam organisasi adanya kebersamaan langkah sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri kelompok membuat keputusan sehingga terjadi kemajuan kinerja dan moral kerja dalam organisasi sekolah.
b.    Pengertian Motivasi
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam Machrony (1954 : 109) mendefenisikan motivasi sebagai all those inner striving condition variously described as wishes, disires, need, drives, and the like, artinya motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan (moves), dan mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.[4]
Secara singkat disatu pihak secara pasif motivasi tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai pendorong yang menggerakkan semua potensi, baik itu karyawan, kepala sekolah maupun sumber daya lainnya, sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan daya potensi yang dimiliki agar berhasil mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi dapat memberi energi bagi segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur serta meningkatkan kegiatan bersama.
Kepala sekolah perlu memberikan semangat atau motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan kejujuran agar aparat pendidikan di daerah dan guru di sekolah tidak menyimpang dari arah yang ditetapkan, sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat timbul dalam pekerjaan dan hal lainnya.

B.   Proses Actuating
Proses actuating diawali dari adanya prinsip utama dalam penggerakkan perilaku yang diatur, dibentuk atau diubah dengan sistem imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat. Dalam melaksanakan fungsi penggerakkan kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru, tenaga kependidikan dan personal lainnya secara teratur mempelajari berapa baik. Ia telah memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah.
Lebih spesifik dijelaskan oleh Ridwan (2009) tentang kemampuan manajerial kepala sekolah pada aspek kemampuan fungsi penggerakan yang meliputi :
(a)  Menggerakkan dengan bekal pengetahuan dan keterampilan
(b)  Memberi pekerjaan yang lebih demi mencapai tujuan
(c)  Mengkoordinasi kegiatan secara efektif dan efisien
(d)  Memberi motivasi dan dorongan dalam mencapai tujuan
(e)  Bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan
(f)   Memberi petunjuk secara teknis.[5]

C.   Teori Motivasi
Terdapat beberapa teori motivasi diantaranya adalah :
1.    Teori Kepuasan (Content Theories)
Yaitu teori yang berorientasi pada faktor dalam diri individu yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, menghentikan perilaku yang didung oleh Teori Hierarki. Kebutuhan menurut Abraham H. Maslaw yaitu :
a.    Kebutuhan fisiology yaitu kebutuhan akan uang.
b.    Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety or security needs) yaitu keselamatan diri individu.
c.    Kebutuhan sosial atau afiliansi (social or affiliation needs) yaitu kebutuhan akan teman, afilliasi, interaksi dan cinta.
d.    Kebutuhan penghargaan atau kekognisi (esteems or recognations needs).
Seperti :   -    Prestise (prestige) penghargaan dari orang lain
                  -    Kekuasaan (power)
Seperti :   Kekuasaan karena kemampuan mempengaruhi orang lain
e.    Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
Yaitu penggunaan kemampuan, keterampilan dan potensi secara maksimum.[6]

2.    Teori Dua Faktor Menurut Frederick Herzberg
Dua faktor mengenai motivasi yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg (1959) adalah faktor yang membuat individu merasa tidak puas (discatified) dan faktor yang membuat individu merasa puas (satified), terdapat kesimpulan dari teori ini yaitu pertama; serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan yang menyebabkan rasa tidak puas diantara para bawahan apabila kondisi tersebut itu ada. Apabila kondisi tersebut ada, hal itu tidak perlu memotivasi bawahan. Kondisi tersebut adalah faktor-faktor yang membuat individu merasa tidak puas karena faktor-faktor tersebut diperlukan untuk mempertahankan hierarki yang paling rendah, yaitu tingkat tidak adanya ketidakpuasan.
Kedua; serangkaian kondisi intrinsik kepuasan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat sehingga dapat menghasilkan kinerja pekerja yang baik. Apabila kondisi tersebut tidak ada kondisi tersebut ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkaian faktor ini disebut satisfied.[7]

3.    Teori Kebutuhan Menurut David C. Mc. Clelland
Teori motivasi dari Mc. Clelland dihubungkan dengan konsep belajar (Gibson dkk, 1984). Oleh karena itu banyak diperoleh dari kebudayaan. Tiga kebutuhan yang dikemukakan adalah :
1.    Kebutuhan akan kinerja (need for achievement disingkat n-Ach).
2.    Kebutuhan akan afiliansi (need for affiliantion disingkat n-Aff).
3.    Kebutuhan akan kekuasaan (need for power disingkat n- Pow).
Apabila kebutuhan individu terasa sangat mendesak, kebutuhan tersebut akan memotivasi individu yang bersangkutan untuk bekerja keras memenuhi kebutuhannya. Misalnya apabila individu memiliki n-Ach yang tinggi maka kebutuhan tersebut mendorong individu yang bersangkutan untuk menetapkan tujuan yang penuh tantangan, bekerja keras untuk merealisasikan tujuan tersebut, serta mengaflikasikan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya.
Saran khusus yang diberikan oleh Mc. Clelland adalah mengenai pengembangan kebutuhan akan kinerja yang positif tinggi, yaitu n-Ach yang tinggi, ketika tidak ada ketakutan akan sukses-saran yang diajukan Mc. Clelland meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.    Individu mengatur tugas sedemikian rupa sehingga mereka menerima umpan balik secara berkala atas hasil karyanya.
2.    Individu hendaknya mencari model kinerja yang baik pahlawan kinerja, individu yang berhasil dan pemenang serta menggunakan mereka sebagai teladan.
3.    Individu hendaknya memodifikasi citra diri mereka sendiri. Individu yang memiliki n-Ach tinggi menyenangi dirinya sendiri dan berusaha mencari tantangan dan tanggung jawab yagn sepadan.
4.    Individu hendaknya mengendalikan imajinasi, berpikir secara realistis dan positif mengenai cara mereka merealisasikan tujuan yang diharapkan.[8]


D.   Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi di dalam organisasi sangat diperlukan dalam menggerakkan (actuating) dan memotivasi karyawan dalam hal ini di dunia pendidikan adanya guru, staf sekolah, siswa siswi dan personil yang berada di lingkungan sekolah itu sendiri, dalam hal ini perlu adanya koordinasi sebagai salah satu bentuk komunikasi di dalam suatu organisasi dengan cara-cara sebagai berikut :
1.    Konprensi atau pertemuan lengkap yang mewakili untuk kerja.
2.    Pertemuan berkala untuk pejabat-pejabat tertentu.
3.    Pembentukan panitia pertemuan berkala pejabat-pejabat tertentu dan panitia gabungan jika diperlukan.
4.    Pembentukan badan koordinasi staf untuk mengkoordinasi kegiatan.
5.    Mewawancarai bawahan untuk mengetahui hal yang penting berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
6.    Memorandum atau instruksi berantai.
7.    Ada dan tersedianya buku pedoman organisasi dan tata kerja.[9]
Pendekatan ini dilakukan disesuaikan dengan bidang kegiatan kultur organisasi dimana kegiatan itu dilaksanakan. Dengan adanya komunikasi yang sejalan, searah, satu tujuan dalam menyelesaikan visi, misi, serta tugas yang diperlukan di dalam suatu organisasi diharapkan tujuan yang ingin dicapai di dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik.
Komunikasi yang berbeda di dalam suatu organisasi dapat menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan dalam pengelolaan suatu organisasi. Hal ini dapat memacu ketidakstabilan organisasi itu sendiri dalam pencapaian suatu tujuan yang ingin dicapai, oleh sebab itu dengan komunikasi yang efektif maka usaha kerjasama dalam suatu pendidikan akan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan, diharapkan dan mencapai hasil maksimal seperti tujuan yang diinginkan dalam organisasi itu sendiri.
Ketidakjelasan prioritas pembangunan pendidikan dan kebijakan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota yang diterima oleh sekolah menyebabkan sekolah berjalan sendiri, menurut persepsi mereka sendiri. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pengarahan yang diberikan oleh aparat pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota tidak utuh atau sepenggal-penggal sebagai implikasi target pembangunan pendidikan di daerah tersebut tidak mencapai target sebagaimana yang ditetapkan. Dengan demikian harus ada jalur-jalur komunikasi yang diperlukan agar memperjelas pihak sekolah menjabarkan prioritas pembangunan pendidikan di daerahnya.
Pentingnya komunikasi di dalam organisasi karena dengan komunikasi dapat membina hubungan sosial yang baik akan mendorong pengarahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh guru dan karyawan lainnya di sekolah.
Adapun fungsi dari komunikasi dalam suatu organisasi adalah untuk memotivasi para karyawan, staf, guru, bawahan mendapatkan kinerja yang terpercaya dan terkoordinasi. Berbagai proses operasi standar, pedoman dan buku panduan, bahkan management by objective (MBO) / manajemen berdasarkan sasaran sehingga dapat menetapkan aanya aturan yang harus dipatuhi dalam suatu organisasi dengan adanya suatu larangan terhadap sikap atau perilaku tertentu di dalam pembinaan komunikasi pada suatu organisasi kerja tertentu.[10]
Cara berkomunikasi yang tepat sangat diperlukan dalam proses penggerakan suatu organisasi yaitu dengan proses komunikasi yang menyenangkan, hemat, selektif, sehingga akan mewujudkan motivasi kerja bagi setiap orang yang mencakup organisasi tersebut dan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu organisasi dapat terwujud.
Komunikasi dilakukan oleh pimpinan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang ada, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dan pemborosan. Semua orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan konsisten menuju tujuan.[11] Kadang kala karena berbagai faktor menyebabkan tujuan itu tidak jelas atau kabur, sehingga pencapaian menjadi tidak jelas, oleh karena itu komunikasi sangat penting dari atasan kepada bawahan sebagai bentuk arahan (pengarahan) bahwa mereka bekerja mempunyai tujuan yang jelas mengacu pada visi dan misi yang ada dan yang telah ditetapkan agar keberhasilan suatu organisasi tercapai dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Komunikasi difokuskan pada aktivitas masing-masing orang pada tiap-tiap unit, dengan komunikasi ini akan terhindar dari kesalahpahaman, kekeliruan dan kerugian dalam suatu organisasi. Komunikasi diberikan pada setiap anggota yang ada dalam suatu organisasi, sehingga mereka menjadi karyawan/pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan dalam organisasi pendidikan atau bentuk organisasi lainnya.


BAB III
KESIMPULAN

A.   Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.    Adapun pengertian dari actuating adalah berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris yang jika di Indonesiakan menjadi memberi dorongan atau menggerakkan yang sangat berperan dalam melakukan kegiatan awal dan untuk kegiatan lanjutan bagi seorang pemimpin di dalam suatu organisasi.

2.    Pengertian motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan (moves) dan mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan, untuk menggerakkan suatu potensi yang ada.

3.    Adapun proses dari actuating yaitu :
Adanya prinsip utama dalam penggerakan perilaku yang diatur dalam bentuk dan diubah dengan sistem imbalan yang positif dan dikendalikan dengan cermat terdapat beberapa fungsi dari actuating yang merupakan proses dan actuating itu yaitu :
a.    Menggerakkan dengan bekal pengetahuan yang ada.
b.    Memberi pekerjaan yang lebih demi mencapai tujuan.
c.    Mengkoordinasi kegiatan secara efektif dan efisien.
d.    Memberi motivasi dan dorongan dalam mencapai tujuan.
e.    Bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan.
f.     Memberi petunjuk secara teknis.


4.    Teori motivasi di dalam pelaksaannya meliputi :
1.    Teori Kepuasan (Content Theories)
Yaitu teori yang berorientais pada faktor dalam diri individu yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, menghentikan perilaku yang didukung oleh teori hierarki kebutuhan menurut Abraham H. Maslaw yaitu :
a)    Adanya kebutuhan fisiologis
b)    Kebutuhan keselamatan (safety or security needs)
c)    Kebutuhan sosial atau afiliansi (social or affiliation needs)
d)    Kebutuhan penghargaan atau rekognisi (esteems or recognation needs)
e)    Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)

2.    Teori lainnya dalam motivasi yaitu teori dua faktor menurut Frederick Herzberg. Hal inilah yang mendasari ketidakpuasan individu dalam serangkaian kondisi di dalam suatu organisasi peran motivasi sangat penting di dalam menjalankan teori tersebut.

3.    Teori kebutuhan menurut David C. Mc. Clelland
Teori ini diperoleh dari kebudayaan yang didalamnya merangkum terdapat 3 kebutuhan yaitu :
a.    Kebutuhan akan kinerja (need for achievement) disingkat          (n-Ach).
b.    Kebutuhan akan afiliansi (need for affiliantion) disingkat         (n-Aff).
c.    Kebutuhan akan kekuasaan (need for power) disingkat       (n-pow).

4.    Komunikasi Dalam Organisasi
Terdapat beberapa bentuk komunikasi dalam suatu organisasi yaitu
a.    Konprensi atau pertemuan lengkap yang mewakili unit kerja.
b.    Pertemuan berkala untuk pejabat-pejabat tertentu.
c.    Pembentukan panitia pertemuan gabungan jika diperlukan.
d.    Pembentukan badan koordinasi staf untuk mengkoordinasi kegiatan.
e.    Mewawancarai bawahan untuk mengetahui hal yang penting berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab.
f.     Memorandum atau instruksi berantai
g.    Ada dan tersedianya buku pedoman organsiasi dan tata kerja.
Komunikasi yang berbeda di dalam suatu organisasi rapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam pengelolaan suatu organisasi. Hal ini dapat memacu ketidakstabilan organisasi itu sendiri dalam pencapaian suatu tujuan yang diharapkan.
Pentingnya komunikasi di dalam suatu organisasi karena dengan berkomunikasi dapat membina hubungan sosial baik yang akan mendorong pengarahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh bawahan.
Adapun fungsi dari komunikasi dalam suatu organisasi adalah untuk memotivasi para bawahan mendapatkan kinerja yang terpercaya dan terkoordinasi sesuai dengan apa yang diharapkan dalam organsiasi tersebut. Komunikasi itu sendiri difokuskan pada masing-masing orang, pada tiap-tiap unit dengan komunikasi akan dapat menghindari dari adanya kesalahpahaman, kekeliruan dan kerugian dalam suatu organisasi. Hal ini juga yang dapat memotivasi bawahan agar berpengetahuan atau bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan dalam organisasi pendidikan atau bentuk organisasi lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

1.    Achmad Paturuni, Drs. S.sos. M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 2002.
2.    Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta : Renika Cipta, 2001.
3.    H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, Penerbit : Bumi Aksara, 2003.


[1] DR. Achmad Paturusi, Drs, S.sos. M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Jakarta : Renika Cipta, Thn 2002) Hal. 78.
[2]           DR. Achmad Paturusi, Drs, S.sos, M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Jakarta : Renika Cipta, Thn 2002) Hal. 78.
[3]           DR. Achmad Paturusi, Drs, S.sos, M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Jakarta : Renika Cipta, Thn 2002) Hal. 78.
[4]           Dr. H.B. Siswanto, M.Si. Pengantar Manajemen. (Bumi Aksara : 2003) Hal. 119.
[5]           Prof. Dr. Achmad Paturusi, Drs. S.sos, M.Kes. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Renika Cipta : 2002) Hlm. 80.
[6]           Dr. H.B. Siswanto, M.Si. Pengantar Manajemen. (Bumi Aksara : 2003) Hal. 129.
[7] Pengantar Manajemen (Bumi Aksara : 2003) Hal. 130
[8] Dr. H.B. Siswanto, M.Si. Pengantar Manajemen (Bumi Aksara : 2003) Hal. 130.
[9]    DR. Achmad Paturusi, Drs, S.sos. M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Jakarta : Renika Cipta, Thn 2002) Hal. 81.
[10] Dr. H.B. Siswanto, M.Si. Pengantar Manajemen. (Bumi Aksara : 2003) Hal. 125.
[11]   Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen Kepemimpinan Pendidikan (Renika Cipta : 2001) Hal. 101.

1 komentar:

  1. Tampa Fungsi Pengawasan pelaksanaan apalah artinya sebuah organisasi atau perusahaan, tampa pelaksanaan semuanya akan sia-sia, untuk melengkapi menarik ini silahkan baca juga penjelasannya di Nurul Huda

    BalasHapus