BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penggerakan
atau istilah pembimbingan menurut The Liang Gie (1993) merupakan aktivitas
seorang manajer dalam memerintah, menugaskan, menjuruskan, mengarahkan dan
menuntun pengawai atau personel organisasi untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan atau mencapai tujuan yang telah ditentukan.[1]
Seorang manajer biasanya melakukan kegiatan untuk menggerakkan (actuating) mencakup kegiatan yang
ditetapkan dalam perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan tercapai.[2]
Dalam konteks
organisasi sekolah, penggerakan artinya kepala sekolah memberi
petunjuk-petunjuk kepada guru dan personil lainnya untuk menjalankan
tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan dilaporkan.
Kegiatan
menggerakkan (actuating) dan motivasi
dalam pengorganisasian sekolah sangat diperlukan agar terjadi keterpaduan dalam
pelaksanaan setiap tugas-tugas di sekolah, sehingga tujuan yang ingin dicapai
oleh sekolah dapat terwujud dan terlaksana dengan baik, karena itu untuk
mengetahui hal ini maka makalah ini akan membahas secara singkat mengenai actuating (menggerakkan) dan memotivasi
dalam kaitannya dengan tugas dan kewajiban kepala sekolah, guru dan personil
yang berada di lingkungan belajar sekolah.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian actuating dan motivasi
bagi manajemen pendidikan?
2.
Bagaimana
proses actuating dalam manajemen
pendidikan?
3.
Bagaimana
teori motivasi dalam manajemen pendidikan?
4.
Bagaimana
komunikasi dalam organisasi?
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian actuating dan
motivasi.
2.
Untuk
mengetahui proses actuating dalam
manajemen pendidikan.
3.
Untuk
mengetahui teori motivasi dalam manajemen pendidikan.
4.
Untuk
mengetahui komunikasi dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Actuating dan Motivasi
a. Pengertian
Actuating
Actuating
adalah berasal dari
bahasa asing yaitu bahasa Inggris yang jika dibahasa Indonesiakan artinya
memberi dorongan atau menggerakkan yang sangat berperan dalam melakukan kegiatan
awal dan untuk kegiatan lanjutan bagi seorang pemimpin di dalam suatu
organisasi. Menggerakkan yang dimaksudkan merupakan usaha untuk menggerakkan
anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha
untuk mencapai sasaran organisasi.[3]
Dalam konteks organisasi sekolah,
penggerakkan berarti kepala sekolah memberi petunjuk-petunjuk kepada guru dan
personil sekolah lainnya bagaimana cara dan tugas yang harus dilaksanakan dan
dilaporkan dan adanya bimbingan dan pengontrolan dalam rangka perbaikan kinerja
guru dan personil sekolah sesuai standar mutu kerja yang disyaratkan dan arahan
secara jelas oleh kepala sekolah.
Kepala sekolah dalam hal ini
diharapkan dapat memberi arahan yang jelas dalam melaksanakan
instruksi-instruksi tugas bagi guru-guru dan personil sekolah lainnya, dalam
hal ini keefektifan kepemimpinan menunjukkan pencapaian tugas pada kemajuan
pengorganisasian mutu sekolah. Penggerakkan cenderung didasarkan pada unsur
esensial dalam organisasi adanya kebersamaan langkah sehingga dapat meningkatkan
rasa percaya diri kelompok membuat keputusan sehingga terjadi kemajuan kinerja
dan moral kerja dalam organisasi sekolah.
b. Pengertian
Motivasi
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner
dalam Machrony (1954 : 109) mendefenisikan motivasi sebagai all those inner striving condition variously
described as wishes, disires, need, drives, and the like, artinya motivasi
adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi,
mendorong kegiatan (moves), dan
mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi
kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.[4]
Secara singkat disatu pihak secara
pasif motivasi tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai pendorong yang
menggerakkan semua potensi, baik itu karyawan, kepala sekolah maupun sumber
daya lainnya, sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan daya potensi yang
dimiliki agar berhasil mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi dapat memberi energi bagi
segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur serta meningkatkan
kegiatan bersama.
Kepala sekolah perlu memberikan
semangat atau motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan
kejujuran agar aparat pendidikan di daerah dan guru di sekolah tidak menyimpang
dari arah yang ditetapkan, sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat timbul
dalam pekerjaan dan hal lainnya.
B. Proses
Actuating
Proses actuating diawali dari adanya prinsip
utama dalam penggerakkan perilaku yang diatur, dibentuk atau diubah dengan
sistem imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat. Dalam melaksanakan
fungsi penggerakkan kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru,
tenaga kependidikan dan personal lainnya secara teratur mempelajari berapa
baik. Ia telah memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu
sekolah.
Lebih
spesifik dijelaskan oleh Ridwan (2009) tentang kemampuan manajerial kepala
sekolah pada aspek kemampuan fungsi penggerakan yang meliputi :
(a) Menggerakkan dengan bekal pengetahuan
dan keterampilan
(b) Memberi pekerjaan yang lebih demi
mencapai tujuan
(c) Mengkoordinasi kegiatan secara efektif
dan efisien
(d) Memberi motivasi dan dorongan dalam
mencapai tujuan
(e) Bekerja sama dengan guru untuk
mencapai tujuan
(f)
Memberi
petunjuk secara teknis.[5]
C. Teori
Motivasi
Terdapat
beberapa teori motivasi diantaranya adalah :
1.
Teori
Kepuasan (Content Theories)
Yaitu teori yang berorientasi pada
faktor dalam diri individu yang menguatkan, mengarahkan, mendukung,
menghentikan perilaku yang didung oleh Teori Hierarki. Kebutuhan menurut
Abraham H. Maslaw yaitu :
a.
Kebutuhan
fisiology yaitu kebutuhan akan uang.
b.
Kebutuhan
keselamatan dan keamanan (safety or
security needs) yaitu keselamatan diri individu.
c.
Kebutuhan
sosial atau afiliansi (social or
affiliation needs) yaitu kebutuhan akan teman, afilliasi, interaksi dan
cinta.
d.
Kebutuhan
penghargaan atau kekognisi (esteems or
recognations needs).
Seperti
: - Prestise (prestige) penghargaan dari orang lain
- Kekuasaan (power)
Seperti
: Kekuasaan karena kemampuan
mempengaruhi orang lain
e.
Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization needs)
Yaitu penggunaan
kemampuan, keterampilan dan potensi secara maksimum.[6]
2.
Teori
Dua Faktor Menurut Frederick Herzberg
Dua faktor mengenai motivasi yang
dikembangkan oleh Frederick Herzberg (1959) adalah faktor yang membuat individu
merasa tidak puas (discatified) dan
faktor yang membuat individu merasa puas (satified),
terdapat kesimpulan dari teori ini yaitu pertama; serangkaian kondisi
ekstrinsik, keadaan pekerjaan yang menyebabkan rasa tidak puas diantara para
bawahan apabila kondisi tersebut itu ada. Apabila kondisi tersebut ada, hal itu
tidak perlu memotivasi bawahan. Kondisi tersebut adalah faktor-faktor yang
membuat individu merasa tidak puas karena faktor-faktor tersebut diperlukan
untuk mempertahankan hierarki yang paling rendah, yaitu tingkat tidak adanya
ketidakpuasan.
Kedua; serangkaian kondisi intrinsik
kepuasan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat
motivasi yang kuat sehingga dapat menghasilkan kinerja pekerja yang baik.
Apabila kondisi tersebut tidak ada kondisi tersebut ternyata tidak menimbulkan
rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkaian faktor ini disebut satisfied.[7]
3.
Teori
Kebutuhan Menurut David C. Mc. Clelland
Teori motivasi dari Mc. Clelland
dihubungkan dengan konsep belajar (Gibson dkk, 1984). Oleh karena itu banyak
diperoleh dari kebudayaan. Tiga kebutuhan yang dikemukakan adalah :
1.
Kebutuhan
akan kinerja (need for achievement disingkat
n-Ach).
2.
Kebutuhan
akan afiliansi (need for affiliantion disingkat
n-Aff).
3.
Kebutuhan
akan kekuasaan (need for power disingkat
n- Pow).
Apabila kebutuhan individu terasa
sangat mendesak, kebutuhan tersebut akan memotivasi individu yang bersangkutan
untuk bekerja keras memenuhi kebutuhannya. Misalnya apabila individu memiliki
n-Ach yang tinggi maka kebutuhan tersebut mendorong individu yang bersangkutan
untuk menetapkan tujuan yang penuh tantangan, bekerja keras untuk
merealisasikan tujuan tersebut, serta mengaflikasikan keterampilan dan
kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya.
Saran khusus yang diberikan oleh Mc.
Clelland adalah mengenai pengembangan kebutuhan akan kinerja yang positif
tinggi, yaitu n-Ach yang tinggi, ketika tidak ada ketakutan akan sukses-saran
yang diajukan Mc. Clelland meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Individu
mengatur tugas sedemikian rupa sehingga mereka menerima umpan balik secara
berkala atas hasil karyanya.
2.
Individu
hendaknya mencari model kinerja yang baik pahlawan kinerja, individu yang
berhasil dan pemenang serta menggunakan mereka sebagai teladan.
3.
Individu
hendaknya memodifikasi citra diri mereka sendiri. Individu yang memiliki n-Ach
tinggi menyenangi dirinya sendiri dan berusaha mencari tantangan dan tanggung
jawab yagn sepadan.
4.
Individu
hendaknya mengendalikan imajinasi, berpikir secara realistis dan positif
mengenai cara mereka merealisasikan tujuan yang diharapkan.[8]
D. Komunikasi
Dalam Organisasi
Komunikasi
di dalam organisasi sangat diperlukan dalam menggerakkan (actuating) dan memotivasi karyawan dalam hal ini di dunia
pendidikan adanya guru, staf sekolah, siswa siswi dan personil yang berada di
lingkungan sekolah itu sendiri, dalam hal ini perlu adanya koordinasi sebagai
salah satu bentuk komunikasi di dalam suatu organisasi dengan cara-cara sebagai
berikut :
1.
Konprensi
atau pertemuan lengkap yang mewakili untuk kerja.
2.
Pertemuan
berkala untuk pejabat-pejabat tertentu.
3.
Pembentukan
panitia pertemuan berkala pejabat-pejabat tertentu dan panitia gabungan jika
diperlukan.
4.
Pembentukan
badan koordinasi staf untuk mengkoordinasi kegiatan.
5.
Mewawancarai
bawahan untuk mengetahui hal yang penting berkaitan dengan tugas dan tanggung
jawabnya.
6.
Memorandum
atau instruksi berantai.
7.
Ada
dan tersedianya buku pedoman organisasi dan tata kerja.[9]
Pendekatan
ini dilakukan disesuaikan dengan bidang kegiatan kultur organisasi dimana
kegiatan itu dilaksanakan. Dengan adanya komunikasi yang sejalan, searah, satu
tujuan dalam menyelesaikan visi, misi, serta tugas yang diperlukan di dalam
suatu organisasi diharapkan tujuan yang ingin dicapai di dalam suatu organisasi
dapat berjalan dengan baik.
Komunikasi
yang berbeda di dalam suatu organisasi dapat menyebabkan terjadinya ketidak
seimbangan dalam pengelolaan suatu organisasi. Hal ini dapat memacu
ketidakstabilan organisasi itu sendiri dalam pencapaian suatu tujuan yang ingin
dicapai, oleh sebab itu dengan komunikasi yang efektif maka usaha kerjasama
dalam suatu pendidikan akan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan,
diharapkan dan mencapai hasil maksimal seperti tujuan yang diinginkan dalam
organisasi itu sendiri.
Ketidakjelasan
prioritas pembangunan pendidikan dan kebijakan pemerintahan provinsi dan
kabupaten/kota yang diterima oleh sekolah menyebabkan sekolah berjalan sendiri,
menurut persepsi mereka sendiri. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pengarahan
yang diberikan oleh aparat pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota tidak utuh
atau sepenggal-penggal sebagai implikasi target pembangunan pendidikan di
daerah tersebut tidak mencapai target sebagaimana yang ditetapkan. Dengan
demikian harus ada jalur-jalur komunikasi yang diperlukan agar memperjelas
pihak sekolah menjabarkan prioritas pembangunan pendidikan di daerahnya.
Pentingnya
komunikasi di dalam organisasi karena dengan komunikasi dapat membina hubungan
sosial yang baik akan mendorong pengarahan mengenai apa yang harus dilakukan
oleh guru dan karyawan lainnya di sekolah.
Adapun
fungsi dari komunikasi dalam suatu organisasi adalah untuk memotivasi para
karyawan, staf, guru, bawahan mendapatkan kinerja yang terpercaya dan
terkoordinasi. Berbagai proses operasi standar, pedoman dan buku panduan,
bahkan management by objective (MBO) /
manajemen berdasarkan sasaran sehingga dapat menetapkan aanya aturan yang harus
dipatuhi dalam suatu organisasi dengan adanya suatu larangan terhadap sikap
atau perilaku tertentu di dalam pembinaan komunikasi pada suatu organisasi
kerja tertentu.[10]
Cara
berkomunikasi yang tepat sangat diperlukan dalam proses penggerakan suatu
organisasi yaitu dengan proses komunikasi yang menyenangkan, hemat, selektif,
sehingga akan mewujudkan motivasi kerja bagi setiap orang yang mencakup
organisasi tersebut dan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu organisasi dapat
terwujud.
Komunikasi
dilakukan oleh pimpinan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui
jalur yang ada, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya
konflik dan pemborosan. Semua orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan sebelumnya dan konsisten menuju tujuan.[11]
Kadang kala karena berbagai faktor menyebabkan tujuan itu tidak jelas atau
kabur, sehingga pencapaian menjadi tidak jelas, oleh karena itu komunikasi
sangat penting dari atasan kepada bawahan sebagai bentuk arahan (pengarahan)
bahwa mereka bekerja mempunyai tujuan yang jelas mengacu pada visi dan misi
yang ada dan yang telah ditetapkan agar keberhasilan suatu organisasi tercapai
dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Komunikasi
difokuskan pada aktivitas masing-masing orang pada tiap-tiap unit, dengan
komunikasi ini akan terhindar dari kesalahpahaman, kekeliruan dan kerugian
dalam suatu organisasi. Komunikasi diberikan pada setiap anggota yang ada dalam
suatu organisasi, sehingga mereka menjadi karyawan/pegawai yang berpengetahuan
dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan dalam organisasi
pendidikan atau bentuk organisasi lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Adapun
pengertian dari actuating adalah
berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris yang jika di Indonesiakan
menjadi memberi dorongan atau menggerakkan yang sangat berperan dalam melakukan
kegiatan awal dan untuk kegiatan lanjutan bagi seorang pemimpin di dalam suatu
organisasi.
2.
Pengertian
motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan
energi, mendorong kegiatan (moves)
dan mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang
memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan, untuk menggerakkan suatu
potensi yang ada.
3.
Adapun
proses dari actuating yaitu :
Adanya
prinsip utama dalam penggerakan perilaku yang diatur dalam bentuk dan diubah
dengan sistem imbalan yang positif dan dikendalikan dengan cermat terdapat
beberapa fungsi dari actuating yang
merupakan proses dan actuating itu
yaitu :
a.
Menggerakkan
dengan bekal pengetahuan yang ada.
b.
Memberi
pekerjaan yang lebih demi mencapai tujuan.
c.
Mengkoordinasi
kegiatan secara efektif dan efisien.
d.
Memberi
motivasi dan dorongan dalam mencapai tujuan.
e.
Bekerja
sama dengan guru untuk mencapai tujuan.
f.
Memberi
petunjuk secara teknis.
4.
Teori
motivasi di dalam pelaksaannya meliputi :
1.
Teori
Kepuasan (Content Theories)
Yaitu
teori yang berorientais pada faktor dalam diri individu yang menguatkan,
mengarahkan, mendukung, menghentikan perilaku yang didukung oleh teori hierarki
kebutuhan menurut Abraham H. Maslaw yaitu :
a)
Adanya
kebutuhan fisiologis
b)
Kebutuhan
keselamatan (safety or security needs)
c)
Kebutuhan
sosial atau afiliansi (social or
affiliation needs)
d)
Kebutuhan
penghargaan atau rekognisi (esteems or
recognation needs)
e)
Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization
needs)
2.
Teori
lainnya dalam motivasi yaitu teori dua faktor menurut Frederick Herzberg. Hal
inilah yang mendasari ketidakpuasan individu dalam serangkaian kondisi di dalam
suatu organisasi peran motivasi sangat penting di dalam menjalankan teori
tersebut.
3.
Teori
kebutuhan menurut David C. Mc. Clelland
Teori ini
diperoleh dari kebudayaan yang didalamnya merangkum terdapat 3 kebutuhan yaitu
:
a.
Kebutuhan
akan kinerja (need for achievement)
disingkat (n-Ach).
b.
Kebutuhan
akan afiliansi (need for affiliantion)
disingkat (n-Aff).
c.
Kebutuhan
akan kekuasaan (need for power)
disingkat (n-pow).
4.
Komunikasi
Dalam Organisasi
Terdapat
beberapa bentuk komunikasi dalam suatu organisasi yaitu
a.
Konprensi
atau pertemuan lengkap yang mewakili unit kerja.
b.
Pertemuan
berkala untuk pejabat-pejabat tertentu.
c.
Pembentukan
panitia pertemuan gabungan jika diperlukan.
d.
Pembentukan
badan koordinasi staf untuk mengkoordinasi kegiatan.
e.
Mewawancarai
bawahan untuk mengetahui hal yang penting berkaitan dengan tugas dan tanggung
jawab.
f.
Memorandum
atau instruksi berantai
g.
Ada
dan tersedianya buku pedoman organsiasi dan tata kerja.
Komunikasi
yang berbeda di dalam suatu organisasi rapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan dalam pengelolaan suatu organisasi. Hal ini dapat memacu
ketidakstabilan organisasi itu sendiri dalam pencapaian suatu tujuan yang
diharapkan.
Pentingnya
komunikasi di dalam suatu organisasi karena dengan berkomunikasi dapat membina
hubungan sosial baik yang akan mendorong pengarahan mengenai apa yang harus
dilakukan oleh bawahan.
Adapun
fungsi dari komunikasi dalam suatu organisasi adalah untuk memotivasi para
bawahan mendapatkan kinerja yang terpercaya dan terkoordinasi sesuai dengan apa
yang diharapkan dalam organsiasi tersebut. Komunikasi itu sendiri difokuskan
pada masing-masing orang, pada tiap-tiap unit dengan komunikasi akan dapat
menghindari dari adanya kesalahpahaman, kekeliruan dan kerugian dalam suatu
organisasi. Hal ini juga yang dapat memotivasi bawahan agar berpengetahuan atau
bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan dalam organisasi
pendidikan atau bentuk organisasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Achmad
Paturuni, Drs. S.sos. M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Jakarta
: Penerbit Rineka Cipta, 2002.
2.
Burhanuddin,
Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta : Renika
Cipta, 2001.
3.
H.B.
Siswanto, Pengantar Manajemen, Penerbit : Bumi Aksara, 2003.

[1] DR.
Achmad Paturusi, Drs, S.sos. M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga
(Jakarta : Renika Cipta, Thn 2002) Hal. 78.
[2] DR.
Achmad Paturusi, Drs, S.sos, M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga
(Jakarta : Renika Cipta, Thn 2002) Hal. 78.
[3] DR.
Achmad Paturusi, Drs, S.sos, M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga
(Jakarta : Renika Cipta, Thn 2002) Hal. 78.
[4] Dr.
H.B. Siswanto, M.Si. Pengantar Manajemen. (Bumi Aksara : 2003) Hal. 119.
[5] Prof.
Dr. Achmad Paturusi, Drs. S.sos, M.Kes. Manajemen Pendidikan Jasmani dan
Olahraga (Renika Cipta : 2002) Hlm. 80.
[6] Dr.
H.B. Siswanto, M.Si. Pengantar Manajemen. (Bumi Aksara : 2003) Hal. 129.
[7] Pengantar Manajemen (Bumi Aksara :
2003) Hal. 130
[8] Dr. H.B. Siswanto, M.Si. Pengantar
Manajemen (Bumi Aksara : 2003) Hal. 130.
[9] DR.
Achmad Paturusi, Drs, S.sos. M.Kes, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga
(Jakarta : Renika Cipta, Thn 2002) Hal. 81.
[10] Dr. H.B. Siswanto, M.Si. Pengantar
Manajemen. (Bumi Aksara : 2003) Hal. 125.
[11] Burhanuddin,
Analisis Administrasi, Manajemen Kepemimpinan Pendidikan (Renika Cipta : 2001)
Hal. 101.
Tampa Fungsi Pengawasan pelaksanaan apalah artinya sebuah organisasi atau perusahaan, tampa pelaksanaan semuanya akan sia-sia, untuk melengkapi menarik ini silahkan baca juga penjelasannya di Nurul Huda
BalasHapus